Perbandingan Tingkat Kesejahteraan
Provinsi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
mencatat data kemiskinan di Indonesia masih cukup besar dan tidak merata. Dari
31,02 juta penduduk yang hidup miskin, sebagian besarnya (55,83%) menetap
di Pulau Jawa.
Plh Deputi Bidang Kemiskinan Ketenagakerjaan dan
UKM Bappenas Prasetijono Widjojo menyatakan bahwa Pulau Jawa ini menempati
peringkat pertama dibanding Pulau Sumatra yang ada di peringkat kedua dengan
prosentase 21,44% dari total 31 juta penduduk miskin.
Sementara itu, Bali dan Nusa Tenggara Timur serta
Sulawesi merupakan wilayah dengan peringkat ketiga dan keempat. Masing-masing
untuk Sulawesi 7,6%, Bali dan Nusa Tenggara 7,1%, Kalimantan 3,3%, Papua 3,3%
dan Maluku 1,5%.
Selain mencatat jumlah penduduk miskin, Bappenas
juga mencatat masih terjadi kesenjangan tingkat kemiskinan yang signifikan
antar provinsi di Indonesia. Tercatat dari 33 provinsi, ada 17 yang memiliki
tingkat kemiskinan di bawah rata-rata nasional. “16 provinsi lainnya sudah
memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional,” kata Prasetijono di
Jakarta, Rabu (8/12).
Provinsi yang masih memiliki tingkat kemiskinan
dua kali lipat dari rata-rata nasional (13,33%) adalah Papua sebesar 36,80%,
Papua Barat 34,88% dan Maluku sebesar 27,74%. Untuk pulau Sumatra, provinsi
yang memiliki tingkat kemiskinan di atas rata-rata nasional yakni Aceh,
Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung.
Di Pulau Jawa dan Bali, sebanyak tiga provinsi
yakni Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur tercatat sebagai provinsi yang
tingkat kemiskinanya di atas rata-rata nasional.
Data lain adalah, tingkat kemiskinan di daerah
pedesaan secara signifikan masih lebih tinggi dibanding dengan daerah
perkotaan. Tercatat tingkat kemiskinan di daerah per desaan Indonesia mencapai
16,56% sedang di perkotaan adalah sebesar 9,87%.
Namun demikian, Prasetijono mengatakan bahwa
dengan menggunakan garis kemiskinan nasional yang berlaku, tingkat kemiskinan
secara umum cenderung terun menurun selama periode 1976-1996.
Krisis ekonomi pada 1997/1998 adalah faktor utama
yang membuat angka kemiskinan di Indonesia meningkat secara drastis dari angka
22,5 juta penduduk miskin pada 1996, menjadi 49,5 juta pada 1997/1998. Angka
ini kini berangsur turun menjadi tinggal 31 juta per Maret 2010.
Satu hal yang masih menjadi sorotan adalah
ditemukan indeks kedalaman kemiskinan yang masih ditemukan tinggi di beberapa
daerah, yakni Papua Barat dengan indeks 11,52, Papua 11,51, Maluku 6,94,
Gorontalo 6,26, Aceh 4,87, Sulawesi Tengah 4,8, Yogyakarta 4,74 dan Nusa
Tenggara Timur 4,47.
Indeks kedalaman kemiskinan adalah indikator yang
mengukur kesenjangan pengeluaran rata-rata penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan nasional.
Tingkat Pengangguran
Angka pengangguran di Indonesia masih sangat mencengangkan. Menurut data
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah penganggur terbuka di
Indonesia mencapai 8,32 juta orang atau 7,14 persen dari 116,53 juta orang
angkatan kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta
orang, bertambah 1,54 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2007
sebesar 109,94 juta orang atau bertambah 3,35 juta orang dibanding Februari
2007 sebesar 108,13 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai
102,05 juta orang, bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan
pada Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang, atau bertambah 4,47 juta orang jika
dibandingkan dengan keadaan Februari 2007 sebesar 97,58 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2008 mengalami penurunan sebesar 584 ribu
orang dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yaitu dari 10,01 juta orang pada
Agustus 2007 menjadi 9,43 juta orang pada Februari 2008, dan mengalami
penurunan sebesar 1,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2007 sebesar 10,55 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 8,46
persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang besarnya
9,11 persen, demikian juga terhadap keadaan Februari 2007 yang besarnya 9,75
persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Februari 2008, hampir di seluruh sektor
mengalami peningkatan jumlah pekerja jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2007. Sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja tertinggi berturut-turut
yaitu: sektor jasa kemasyarakatan naik 1,82 juta orang serta sektor perdagangan
naik 1,26 juta orang.
Dari sisi gender, partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat
signifikan. Selama Februari 2007-Februari 2008, jumlah pekerja perempuan
bertambah 3,26 juta orang dan laki-laki hanya bertambah 1,21 juta orang.
Kenaikan pekerja perempuan terbesar terjadi di sektor perdagangan yaitu 1,51
juta orang dan sektor pertanian sebesar 740 ribu orang.
BPS melakukan survei setiap Februari dan Agustus per tahun, dari hasil
survei diketahui sumber pengangguran dari lulusan SMK sebesar 17,26 persen,
lulusan SMA 14,31 persen, lulusan Universitas 12,59 persen, lulusan Diploma
11,21 persen, lulusan SMP 9,39 persen, lulusan SD dan tidak sekolah 35,24
persen.
Ketimpangan
antara penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Tahun depan
diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang,
sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya
di sektor informal atau menjadi pengangguran.
Solusi
menurut saya, agar tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat berkurang dengan
ada nya kerja keras dari diri sendiri dan berniat untuk bekerja. terkadang
seseorang enggan bekerja karna malas atau kurangnya lapangan pekerjaan, saya
setuju jika di tingkatkan nya lapangan pekerjaan entah itu dari pabrik pabrik
atau hanya sebagai bawahan biasa.
Referensi
blog.umy.ac.id/indonesiaku/kemiskinan-meningkat-di-pulau-jawa